Sabtu, 03 April 2010

Panjang Angan (suatu renungan)

Panjang Angan

“Kegembiraanmu dengan perbuatan dosa, tertawamu, ketika melakukan dosa, kesedihanmu saat tidak dapat melakukan dosa, kesungguhanmu menutupi aib akibat dosa dan hatimu yang tidak bisa gemetar ketika Allah (SWT) memandang dosamu, semua itu lebih berat di sisi Allah (SWT) melebihi timbangan dosa itu.” Ibnu Al-Qoyyim.
Betapa mudah diri melupakan dosa sedangkan Allah (SWT) mencatatkan segala-galanya untuk siding pembicaraan di akhirat. Bukankah sudah sampai firman Allah (SWT) mengenai nasib manusia yang melupakan dosanya.


“Dan diletakanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang bersalah ketakutan terhadap apa yang tertulis di dalamnya, dan mereka berkata: aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang sudah mereka kerjakan ada tertulis dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juga pun.” (Surah A-Kahfi, ayat 49).
Mengapa diri selalu mengulangi dosanya selepas bertaubat? Apakah karena syaitan lebih bijak menyelewengkan dengan hujah bahwa Allah (SWT) Maha Pengasih dan Maha Pengampun? Lalu mengapa diri kita tidak berfikir apakah tujuan diciptakan neraka jika semua-konon-bisa masuk syurga dengan cara mempermain-mainkan pengampunan Allah (SWT)?
Orang yang benar-benar beriman tidak akan terjerumus ke dalam lubang yang sama dua kali dan orang yang benar yakin dengan perhitungan hari akhirat pasti berusaha menjadikan hari ini lebih baik daripada kemarin dari segi peningkatan ilmu, iman dan ibadat.
Mengapa banyak hamba Allah (SWT) yang sudah bertaubat di hadapan Ka’bah, disaksikan masjid Rasulullah SAW di sisi makamnya, dengan lelehan air mata yang menyesakan dada tetapi dengan sekejap mata mengulangi kembali perbuatan maksiat dan melupakan janji setia kepada Allah (SWT) yang diikat dilehernya?
Hasutan setan memanjangkan angan-angan bahwa dengan hartanya dia bisa 10 kali mengerjakan haji dan menambah amal salih. Tetapi lupa sehat dan sakit, ajal dan maut di tangan Allah (SWT) yang tidak mungkin dibeli dengan harta dan kedudukannya.
Bagaimana jika Allah (SWT) mencabut nyawanya dalam keadaan bermaksiat?

Mutiara Kata
Sekiranya kita mengabaikan peluang dan kesempatan yang ada di depan kita hari ini maka kita akan menjadi manusia yang bangkrut di hari esok. Yang lebih malang lagi ialah kita tidak punya apa-apa untuk hari pertemuan kita dengan Allah.

Dikutip dari Mutiara Amaly

Tidak ada komentar:

Posting Komentar